Selasa, Juli 06, 2010

Pengantar Fiqh Thibbun Nabawi

Islam merupakan sebuah diin yang syaamil mutakammil (integral dan sempurna). Tidak ada sekat antara satu aspek kehidupan dengan aspek yang lainnya. Asy-Syahid Hasan al-Banna menyatakan kesempurnaan Islam dengan menjabarkan Islam sebagai negara dan tanah air atau pemerintahan dan ummat; moral dan kekuatan atau kasih sayang dan keadilan; wawasan dan undang-undang atau ilmu pengetahuan dan peradilan; materi dan sumber daya alam atau penghasilan dan kekayaan; serta jihad dan da’wah atau pasukan dan pemikiran. Ia adalah ‘aqidah dan ‘ibadah, agama dan negara, spiritualisme dan amal, serta mush`haf dan pedang.Maka dari itu, Islam pun tidak bisa dilepaskan dari aspek kesehatan dan pengobatan di dalamnya. Bahkan, Rasulullah Muhammad saw. telah mengajarkan kepada kita sebuah metode pengobatan yang bersumber langsung dari Sang Pemilik Kesembuhan, Dzat Yang Maha Memberi Kesehatan serta Yang Maha Menghendaki Keadaan hambaNya. Metode pengobatan nabi telah terbukti ampuh dan tidak memiliki efek samping apapun. Karena pengobatan ini memang bersumber langsung dari Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu sehingga keampuhannya tidak perlu dipertanyakan lagi. FirmanNya.“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.” (QS. Asy-Syu’araa`, 26: 80)Sayangnya, pada zaman yang modern ini, kita telah melupakan ajaran yang kita anut sendiri sedikit demi sedikit. Kita telah membuang serta mengikis kesempurnaan Islam ini dengan mengesampingkan metode pengobatan a la Nabi Muhammad saw. (ath-Thibb an-Nabawi) dan menggantikannya dengan metode pengobatan lain yang jauh dari nilai-nilai Islam dengan anggapan bahwa metode pengobatan nabi telah ketinggalan zaman, kuno, atau lain sebagainya. Atau bahkan di antara kita mungkin sangat terkejut saat mengetahui bahwa ternyata Islam pun mengatur aspek kesehatan dan pengobatan. Padahal, Allah swt. berfirman dalam surat Al-Baqarah, 2: 208:“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.”Allah swt. memberikan sebuah penjelasan kepada kita bahwa ternyata banyak di antara orang-orang beriman yang belum masuk ke dalam Islam secara keseluruhan. Hal ini terbukti dengan seruannya “Hai orang-orang yang beriman”. Maka, sudah sepatutnya kita sebagai orang yang beriman untuk memenuhi seruanNya dengan sesegera mungkin. Sebagaimana Allah swt. telah menggambarkan sikap seorang mu’min terhadap seruanNya, yaitu mereka (orang-orang mu’min) menjawab sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami taat).Masuk ke dalam Islam secara keseluruhan berarti juga termasuk melaksanakan pengobatan sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh Allah dan RasulNya. Menggunakan metode pengobatan Nabi saw. dalam aspek kesehatan merupakan sebuah konsekwensi logis dari keimanan kita terhadap ayat tersebut.Namun, kita harus akui bahwa metode pengobatan Nabi saw. kian hari kian tenggelam di tengah-tengah kedigjayaan metode pengobatan modern (alopati) yang berasal dari Barat. Hal ini dikarenakan mereka tidak akan pernah ridha terhadap ummat Islam hingga ummat mengikuti millah mereka. Firman Allah swt.“Dan tidaklah ridha orang-orang Yahudi dan juga Nashrani hingga kalian mengikuti millah mereka. Katakanlah sesungguhnya petunjuk Allah adalah sebenar-benarnya petunjuk. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah, 2: 120)Kata millah dalam kaidah Bahasa Arab setidaknya mengandung tiga pengertian, yaitu fikrah (ideologi), akhlaq (kebiasaan/ kebudayaan), dan diin (agama/ keyakinan). Maka, yang diinginkan oleh musuh-musuh Allah adalah bukan sekedar memindahkan keyakinan ummat (riddah / memurtadkan) saja. Karena mereka tahu bahwa ummat Islam cukup sulit untuk berpindah keyakinan. Mereka kemudian mencari cara lain agar secara kasat mata, ummat itu masih beragama Islam, namun pada hakikatnya mereka telah dimurtadkan tanpa sadar. Yaitu dengan menjauhkan ideologi dan kebudayaannya dari ideologi dan kebudayaan Islam menuju ideologi dan kebudayaan jahiliyah.Hal tersebut ternyata berhasil mereka lakukan. Musuh-musuh Allah telah berhasil menjauhkan ummat dari al-Quran dan as-Sunnah. Mereka telah berhasil menjauhkan kehidupan ummat dari Islam. Mulai dari cara berbicara, berpakaian, berfikir, berbudaya, berekonomi, berpolitik, hingga dalam aspek pengobatan dan kesehatan. Padahal, Imam Ahmad Ibn Hanbal (Imam Hanbali) rahimahullah, Syaikh al-Hadits Imam Bukhari, serta diulang dan disepakati oleh Imam Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah; bahwa mereka melarang seorang muslim untuk menerima racikan obat yang dibuat oleh seorang kafir dzimmi. Hal tersebut dikarenakan kekhawatiran akan adanya satu ramuan yang diharamkan oleh Allah swt., sebagaimana sabda Rasulullah saw. “Sesungguhnya Allah swt. tidak akan menjadikan kesembuhan dengan sesuatu yang Dia haramkan atasmu.”Ada sebuah pernyataan yang menarik. Syaikh Abu Abdullah Syaikh Musthafa ibn al-‘Adawi, ketika memberikan pengantar dalam kitab Asy-Syifaa` min Wahyi Khaatami `l-Anbiyaa’, beliau berkata, “Berbagai hadits menganjurkan, bahkan kadang-kadang memerintahkan berobat. Kemudian, pengobatan memerlukan fiqh tersendiri, sebagaimana bidang-bidang lainnya. Kadang-kadang, berobat adalah wajib, kadang-kadang makruh, kadang-kadang sunnah, kadang-kadang mubah, kadang-kadang haram. Berobat dengan barang-barang haram, hukumnya haram. Membuka aurat tanpa sebab yang mengharuskan, juga haram, dan sebagainya.”Perhatikan bahwa Syaikh Abu Abdullah Syaikh Musthafa ibn al-‘Adawi menyebutkan perlu adanya sebuah fiqh tersendiri yang mengatur bidang pengobatan (fiqh thibb). Hal ini tentu saja sangat masuk akal dan dapat diterima berdasarkan pemahaman yang benar tentang diin ini. Tidak ada pertentangan di kalangan ‘ulama salaf bahwa metode pengobatan nabi saw. merupakan bagian yang integral dan tidak mungkin dapat dipisahkan dari aspek-aspek lainnya yang juga diatur dalam fiqh tersendiri.Metode Pengobatan Nabi saw. telah ditulis dalam banyak kitab Hadits dan Fiqh. Imam al-Bukhari menyusun hadits-hadits yang berkaitan dengan ath-Thibb an-Nabawi dalam kitab Shahih Bukhari BAB ath-Thibb an- Nabiy. Imam Shuyuthi dan Imam Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah pun demikian. Kedua fuqaha ini sengaja menyimpan ath-Thibb an-Nabawi menjadi salah satu pembahasan dalam uraian fiqhnya.Maka dari itu, kewajiban mempelajari ath-Thibb an-Nabawi serta mengamalkannya sama dengan kewajiban kita dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu-ilmu fiqh yang lainnya, seperti thaharah, shalat, shiyaam, zakat, haji, jihad, buyu’ atau jinayat. Hal ini berarti dalam satu wilayah harus ada seorang yang faqih terhadap masalah ini yang kemudian dapat mengajarkan ilmu ini kepada yang lainnya. Sedangkan masyarakat yang lain berkewajiban mengamalkannya sebagai bentuk peribadahan yang sempurna terhadapNya.Para ‘ulama dan fuqaha kontemporer harus kembali membuka catatan kedokteran Islam untuk dikembangkan dan dikolaborasikan dengan metode kedokteran modern yang tidak bertentangan dengan syari’at demi menjawab tantangan zaman. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibn al-Qayyim ataupun Ibn Sina.Wallahu a'lam...http://www.facebook.com/notes/islamic-medicine-centre/pengantar-fiqh-thibb-pengobatan-islami/86884209140

Rabu, Juni 30, 2010

Rahasia Keistimewaan Dibalik Buah TIN


Rahasia Keistimewaan Di Balik Buah TinSegala apa yang diciptakan dan dikaruniakan oleh Allah SWT mempunyai keistimewaan dan kelebihan tersendiri yang kadangkala kita sebagai manusia tidak dahun akan hikmahnya. Banyak diantara kita tidak mengetahui akan keistimewaan yang terdapat pada Buah Tin dan pentingnya untuk kesehatan, mungkin karena Buah Tin bukan berasal dari negara kita, tetapi dari negara Timur Tengah. Walaupun Buat Tin berasal dari Makkah, Syam, Palestina juga Mesir, tetapi juga diperkenalkan di Italia kurang lebih 2000 tahun yang lalu dimana berkembang dengan cepat melalui Selatan Eropa termasuk Yunani. Sampai di dalam Kitab Al-Qur'an juga terdapat surat khusus yang menyatakan tentang Buah Tin dan Zaitun, juga Gunung Tursina dan negeri Makkah yang aman (Al-Qur'an - Surat At-Tiin ayat 1-3). Jika direnungkan, pasti ada hikmah dibalik itu, mengapa Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an. Ini mungkin karena khasiat dan keistimewaannya yang tiada bandingnya dengan buah-buahan lainnya.Menurut Imam Ibnu Al Jawziyyah, Buah Tin memiliki banyak khasiat, diantaranya dapat mengurangi penyakit sesak nafas, membersihkan hati dan limpa, juga pengencer dahak, serta memberi khasiat yang baik pada tubuh, sebagai langkah pencegahan untuk melawan racun di tubuh kita.Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda, " Sekiranya aku katakan, Sesungguhnya buah yang turun dari Surga maka aku katakan, inilah buahnya (Tiin), sesungguhnya buah surga tiada keraguannya." (Hadis riwayat Abu Darba; Suyuti)Seiring dengan hadis tersebut, juga dibuktikan dengan penemuan sains mengenai banyaknya keistimewaan yang bisa diambil dari sebiji buah Tin yang jarang diketahui. Buah Tin mempunyai khasiat yang berbeda dengan buah-buahan lain dan juga lezat serta mempunyai nilai kesehatan yang tinggi. Selain dari itu, juga bermanfaat sebagai bahan pelancar (laxative), penahan sakit dan unsur perkumuhan air kencing (diuretik).Prof. J. A Vinson dari Universitas Scranton Amerika Serikat telah membuat kajian dan membuktikan bahwa, Buah Tin mengandung khasiat yang tinggi jika dibandingkan dengan buah-buahan yang lain. Buah Tin tidak mengandung garan, lemak dan kolesterol, tetapi mengandung lebih tinggi kalium, serat dan zat besi. Hasil penelitian dalam 100gram buah Tin, mengandung 20% daripada kebutuhan zat serat harian tubuh kita. Dari jumlah tersebut, lebih 28% adalah jenis serat terlarut. Penelitian menunjukkan, bahwa serat terlarut bisa membantu gula dalam darah dan mengurangi kolesterol dalam darah dengan mengikatnya di dalam saluran pencernaan, manakala serat tidak larut, dapat melindungi dan mencegah kanker usus besar (koion). Makanan yang kaya akan serat mampu mengurangi berat badan, oleh karena itu Buah Tin juga sangat sesuai mengatasi masalah berat badan.Buah Tin dapat dikonsumsi setiap orang, termasuk anak-anak dan merupakan makanan yang terbaik untuk semua umur, karena Buah Tin mengandung serat yang tinggi dan manis rasanya. Jadi sangat tepat jika kita mengkonsumsi buah ini, sebagai makanan alternatif kita untuk meningkatkan kesehatan kita sehari-hari di dalam dunia modern ini.Satu lagi keistimewaan yang terkandung di dalam Buah Tin adalah dapat dipercayai mempunyai bahan yang dapat melawan kanker. Di dalam Buah Tin mengandung "polyphenols" yang tinggi berfungsi sebagai antioksidan yang amat penting bagi tubuh kita, karena dapat berfungsi sebagai free radical dalam tubuh yang menyebabkan kanker. Disamping itu, Buah Tin juga mengandung unsur lain yang menjadi bahan anti kanker, yaitu "benzaldehyde" dan "coumarins". Benzaldehyde telah terbukti mampu bertindak sebagai bahan anti tumor dan "coumarins" adalah untuk merawat kulit dan kanker prostat.Disamping itu, keberadaan serat, kalium dan magnesium di dalam Buah Tin dapat mengurangi serangan angin dan mampu mengontrol tekanan darah tinggi. Satu berita baik bagi pengidap penyakit darah tinggi, karena dengan memakan Buah Tin dijadikan pencegah penyakit tersebut. Untuk penyakit kencing manis, serat yang terdapat di dalam Buah Tin ini dapat memperlahan proses penyerapan glukosa di usus kecil. Gabungan zat yang terkandung dalam Buah Tin yaitu serat yang tinggi dan karbohidrat dalam bentuk yang ringkas, yaitu glukosa dan fruktosa mampu mengontrol kadar gula darah seseorang.Sehubungan dengan itu, Dr. Oliver Alabaster, yaitu Pengarah Institut Pencegahan Penyakit di George Washington University Medical Centre menyatakan bahwa jika seseorang mengambil Buah Tin, sebenarnya telah mengambil makanan yang menjamin kesehatannya dalam jangka panjang. Maka tidak heranlah jika Buah Tin disebut oleh pakar-pakar makanan pada saat ini sebagai makanan Nutraseutikal (functional food), karena Buah Tin bukan sekedar mengandung zat-zat yang berkhasiat, bahkan lebih dari itu dan bermanfaat sebagai penjaga tubuh dan mampu mencegah serangan penyakit-penyakit tertentu.Disamping itu, Lembaga Penasehat Buah Tin di California (California Fig Advisory Board) telah mengatakan Buah Tin sebagai "Nature's most nearly perfect fruit", yaitu Buah yang hampir mencapai tahap kesempurnaan secara keseluruhan. WaAllahu A'lam Bissawaab


( II )

Keajaiban Buah Tin Terbukti!


Allah berfirman, “Demi [buah] tin dan [buah] zaitun” [QS 95: 1]. Dicantumkannya buah tin selain buah zaitun dalam Al-Qur’an mendorong para ilmuwan dari kalangan umat Islam untuk mencoba menemukan berbagai keistimewaan yang dimiliki buah yang juga dikenal sebagai buah ara atau fig ini.

Penelitian medis terbaru yang disiarkan oleh harian Al-Raya, Qatar menunjukkan buah tin bermanfaat untuk mencegah kanker. Hal ini disebabkan kandungan antisoksidan yang dapat mengikat senyawa karsinogen penyebab kanker. Kandungan benzaldehyde dalam buah tin, seperti yang diungkap dalam jurnal pada website Cancer Cure Foundation, hasil riset dari para ahli di Institute of Physical and Chemical Research di Tokyo, juga menunjukkan efektivitasnya dalam menghambat pertumbuhan tumor.Buah tin juga mengandung asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan bagi kesehatan. Di antaranya omega3 dan omega-6. Buah tin juga rendah lemak, rendah sodium, rendah kalori, dan bebas kolesterol sehingga cocok dikonsumsi penderita diabetes. Kandungan vitamin buah tin tak kalah hebatnya dibandingkan dengan apel dan jeruk, seperti vitamin A, C, Kalsium, Magnesium, hingga Potasium. Tak heran jika jus buah tin diketahui merupakan minuman yang baik untuk membunuh bakteri merugikan.Selain itu disebutkan oleh California Figs Nutritional Information, buah tin mengandung serat yang sangat tinggi. Setiap 100 gr buah tin kering terkandung 12,2 gram serat. Sehingga mengonsumsi buah ini secara teratur, mengatasi masalah pencernaan, membantu penurunan berat badan, membantu membersihkan racun di dalam tubuh, dan mencegah penyakit degeneratif lain.Buah ini juga lebih mirip sebagai makanan biasa karena mengenyangkan seperti buah korma, sehingga warga Arab jarang memasukkannya dalam daftar buah-buahan. Biasanya orang Indonesia lebih banyak mengkonsumsi dalam racikan yang diawetkan. Orang yang pulang naik haji sering menjadikannya bingkisan obat untuk kerabat di tanah air.Saat ini buah tin mulai dibudidayakan di Indonesia. Buah yang rasanya segar seperti perpaduan antara buah peach dan strawberry itu dapat ditemukan dalam bentuk manisan, sirup, selai atau permen dalam jumlah yang masih sangat terbatas di beberapa gerai makanan di negeri ini.